Minggu, 11 September 2011

Saatnya Berbuat

Tulisan ini diangkat dari Republika Cetak 13 Agustus 2011
Edisi E-Paper : http://republika.pressmart.com/PUBLICATIONS/RP/RP/2011/08/13/index.shtml



Lihat sekitar, tengok apa yang dapat Anda perbuat!
 Darah Betawi tidak kental mengalir di tubuh Rahadi Mulyanto dan YM Adri. Tetapi, tinggal di Jakarta, membuat mereka teramat cinta pada Betawi, khususnya wilayah Pasar Minggu. "Sayang sekali, Pasar Minggu sekarang amburadul, jauh dari nyaman," sesal Rahadi.
 Pasar Minggu mendapat predikat sebagai pasar dengan penataan terburuk di antara seluruh pasar-pasar di DKI Jakarta. Rahadi dan Adri tergerak untuk memulai langkah menata sekaligus merevitalisasinya. Mereka ingin Pasar Minggu kembali berjaya sebagai sentra buah-buahan di Jakarta. "Sejak era perdagangan bebas, Indonesia kebanjiran hasil kebun dari Cina dan itu berdampak serius pada petani buah lokal, juga bagi penjualnya," komentar Rahadi.
Tindakan nyata Rahadi dan Adri berlangsung tahun 2007 lalu. Keduanya merangkul berbagai pihak yang berkepentingan di Pasar Minggu untuk mewujudkan pasar itu sebagai lokasi yang nyaman untuk berbelanja. "Kalau kami tidak berhati-hati dalam mengupayakan terpenuhinya kepentingan para pihak, keselamatan kami akan menjadi taruhannya," cetus Rahadi.
Misi Rahadi dan Adri memang dapat dikatakan berbahaya, terlebih jika melihat banyaknya stakeholder yang selama ini berkontribusi atas kesemrawutan Pasar Minggu. Salah langkah sedikit saja, bukan tidak mungkin Rahadi dan Adri dapat menjadi sasaran kemarahan pihak yang merasa dirugikan. "Salah satunya preman penguasa daerah-daerah di kawasan Pasar Minggu dan sekitarnya."
Pada 2007, bersama dengan Rahadi, Adri mempertemukan Pemerintah Daerah Pasar Minggu, DPRD, Camat Pasar Minggu, para pedagang, Kepolisian Sektor Pasar Minggu, hingga para preman di kawasan Pasar Minggu. Tiga tahun berselang, duo sahabat itu optimistis perjuangannya akan berbuah. "Paling tidak dalam lima sampai tujuh tahun ke depan," kata Adri.
Optimisme itu menguat usai penyelenggaraan Festival Pasar Minggu pada 16 sampai 17 Juli lalu. Kesuksesan ajang tersebut menjadi pencapaian penting dalam upaya mewujudkan Pasar Minggu yang lebih baik. "Saya lihat, masyarakat luas sebetulnya juga punya impian yang sama," ungkap Rahadi.

Bagaimana dengan para preman setempat? Rahadi dan Adri mengupayakan penciptaan lapangan kerja untuk mereka. "Kami yakin, berbagai permasalahan di Jakarta yang selama ini terkesan kompleks sebetulnya dapat diselesaikan dengan pembenahan dan pembangunan masing-masing individu," cetus Adri.
Ikuti Jejaknya…
Mengetahui bergulirnya gerakan Indonesia Berkebun, Setiawan Eko Nugroho timbul minat untuk turut berpartisipasi. Ia memiliki kesamaan minat dengan ajakan yang digaungkan pertama kali oleh Ridwan Kamil tersebut. "Ruang terbuka hijau sangat dibutuhkan warga kota," komentar pria yang bekerja sebagai staf ahli anggota DPR ini.

Setiawan melihat, daerah tempat tinggalnya juga perlu mendapatkan perbaikan kualitas lingkungan. Untuk itu, ia aktif menjalankan program Indonesia Berkebun sejak dua bulan silam. "Sekarang, sudah 15 anggota yang rutin menyuburkan sepetak tanah garapan bersama di Depok, Jawa Barat," ujarnya.
Setiap akhir pekan, Setiawan dan kawan-kawan sibuk berkebun. Mereka memanfaatkan tanah seluas 12 m x 15 m di bilangan Juanda, Depok. "Itu baru sepetak dari 800 meter persegi yang dipinjamkan kepada kami," katanya.
Apa yang Setiawan tanam di sana? Ia memilih sawi, kangkung, bayam hijau, bayam merah, kacang hijau, dan pepaya. "Lahan menganggur dapat menjadi produktif dan kami yang penat dengan keseharian dapat kembali merasa segar dengan berkebun, menikmati ruang terbuka hijau."
Langkah Kecil Nan Penuh Arti
Melihat besarnya dukungan terhadap Indonesia Berkebun, Ridwan Kamil tak menepuk dada. Ia memandang itu sebagai fitrah manusia, tak ada orang yang tidak ingin perubahan. Terkadang, orang hanya memerlukan orang lain untuk menggulirkan ide. Mereka akan menyambut selama itu sejalan dengan kebutuhannya.

Mengikuti ajakan berkebun Ridwan tak membuat peran Setiawan Eko Nugroho menjadi kurang artinya. Langkah kecilnya di Depok tetap penuh makna. "Istilahnya, saya ini sebenarnya hanya sebagai provokator. Yang bekerja adalah mereka-mereka yang terdorong dengan ide saya," jelas Ridwan.
Sementara itu, tentang esensi pergerakan, Gol A Gong berpendapat, mereka yang tergerak untuk berbuat tak perlu muluk mematok target pencapaian perubahan. "Tak perlu langsung mengubah Indonesia," komentar penulis kenamaan ini yang terus berjuang membesarkan Taman Budaya Rumah Dunia ini.
Gol A Gong pun memulainya dari tempat tinggalnya. Dia membangun Rumah Dunia di Serang, Banten. "Mengubah Indonesia itu tak usah dengan datang ke Jakarta. Banyak yang juga harus dikerjakan di kampung halaman," jelasnya.
Sementara itu, ada hal penting yang perlu dikedepankan ketika berniat melakukan perubahan. Utamanya, pelaku gerakan sosial harus terlebih dahulu memenuhi kesejahteraan hidupnya. "Bantu diri sendiri terlebih dahulu, baru orang lain," saran penggagas Indonesia Berkebun Ridwan Kamil.
Prinsip dasar tersebut, lanjut Ridwan, akan menghindarkan orang dari mencari penghasilan dari gerakan sosial. "Banyak orang yang hidup dari kegiatan aktivis akhirnya malah jadi koruptor," ucap dia tanpa maksud berkelakar.

Pilih Satu Saja
Memperingati 66 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, segenap elemen bangsa semestinya berkaca. Banyak masalah yang masih membelit rakyat. Mulai dari yang umum, seperti kemiskinan, kurangnya layanan kesehatan, dan kebodohan, sampai yang spesifik, seperti pencemaran air dan udara, kemacetan di Ibu Kota, atau pasokan listrik yang kurang. Adakah yang dapat Anda perbuat untuk kemajuan?
Tak usah sok hebat ingin menuntaskan semuanya. Cermati masalah yang tertangkap oleh nalar Anda, ambil satu detail, dan mulailah bergerak untuk perubahan-perubahan kecil. "Pilih satu dan fokuslah berbuat untuk mengubahnya menjadi lebih baik," saran Ridwan Kamil.Intan Asri Nurani juga menerapkan tips yang sama. Ia memilih satu bidang minat sebagai ruang geraknya. "Pastikan kita mencintai apa yang akan dikerjakan," paparnya.
Selanjutnya, Intan mencoba menemukan teman atau sahabat seide. Upayakan berkumpul bersama orang dengan cita-cita yang sama. "Dengan begitu, kita akan merasa memiliki teman seperjuangan," katanya.Begitu ide sudah ada di kepala, segeralah ambil aksi nyata. Jangan menundanya. "Ketika muncul kesulitan, ingatlah selalu niat yang kita miliki adalah niat yang baik dan insya Allah pasti bisa terlewati," tutur Intan.
 Terakhir, Intan mengingatkan agar para pejuang pergerakan untuk senantiasa berdoa demi kelancaran perjuangan. Bagaimanapun, manusia hanya bisa berusaha. "Jangan lupa bersyukur dengan apa pun yang sudah kita mampu lakukan." ed: reiny dwinanda

SEkoN
Komunitas Depok Berkebun follow us on twitter @dpkberkebun